Mazmur 103:7
Tetapi kasih setia Tuhan dari selama-lamanya
sampai selama-lamanya atas orang yang takut akan Dia dan keadilannya bagi anak
cucu.
Walaupun ayat kita cuman satu ayat,
tapi ayat ini bisa membuat kita merenung lebih dalam tentang kasih Tuhan. Ya.
Jadi, Mazmur 103 secara khusus ayat yang ke-17 mengajak kita untuk mengenang. Ya,
mengenang, mengingat kasih Tuhan itu dalam kehidupan kita ya. Jadi, mari ingat
kembali kasih Tuhan. Apa-apa saja yang sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan
kita sehingga kita bisa bangun pagi ini pun adalah karena kasih Tuhan. Ya, ada
satu yang pernah saya dengar, ketakutan orang. Salah satu ketakutan orang pada
umumnya manusia adalah ketika mereka tidur mereka tidak bangun lagi. Nah, jadi
kita masih bisa bangun pada pagi hari ini pun adalah karena kasih Tuhan. Jadi
kita harus bisa temukan hal-hal yang membuat kita bersyukur. Kita harus bisa
temukan hal-hal yang membuat kita bersyukur. Temukan, catat beberapa hal-hal yang
memang harus kita syukuri dalam satu hari itu. Termasuk pun kita bisa bangun
pada pagi hari ini. Itu pun adalah hal yang harus kita syukuri. Jadi banyak
sekali yang harus kita syukuri. Hanya saja terkadang orientasi kita tidak
mengingat bagaimana luar biasanya kasih Tuhan itu sudah kita terima. Fokusnya
bukan pada kasih Tuhan, tapi fokusnya pada hal-hal yang lain, pada penderitaan,
pada pergumulan. Dalam ayat yang ke-17 ini diingatkan kembali bahwa kasih Tuhan
itu yang ada pada kita itu adalah karena kasih Tuhan yang luar biasa.
Sehingga kasih dalam mazmur yang
dimaksudkan dalam konteks ini biasanya dalam dunia teologi dikatakan kasih yang
tak goyah. Artinya kasih Tuhan itu adalah kasih yang berkomitmen bukan emosi. Kasih
yang berkomitmen bukan emosi atau bukan perasaan. Kalau komitmen itu kan keputusan.
Kalau perasaan itu bisa berubah-ubah, emosi itu berubah-ubah. Jadi dalam Mazmur
ini dikatakan bahwa kasih Tuhan itu komitmen. Dia mengasihi kita karena Dia
adalah kasih dan dia berjanji pada dirinya sendiri. Jadi kasih Tuhan itu tetap
walaupun kita gagal menjadi yang seharusnya sebagai anak Tuhan, tapi Tuhan
masih mengasihani kita, kan? Tuhan masih mengasihi kita. Dan sebenarnya kasih
Tuhan inilah yang membuat kita kagum. Sehingga mengingat kasih Tuhan kita kagum
dan kita berubah, bertobat, melakukan apa yang benar sesuai dengan apa yang
Tuhan inginkan.
Sehingga tadi dikatakan kasih
setia Tuhan itu selama-lamanya. Jadi kasih Tuhan itu, yang berkomitmen itu,
yang keputusan itu adalah kasih yang kekal sesuai dengan sifatnya selama-lamanya.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang terkasih, yang mau saya sampaikan adalah
kita mengasihi kita tidak pernah memulainya dari nol. Tidak pernah. Tapi kita
memulai dari kasih yang lebih dulu hadir bahkan sebelum kita membuka mata. Dan makanya
ada lagu mengasihi mengasihi lebih sungguh. Tuhan lebih dulu mengasihi ya.
Tuhan lebih dulu melayani. Dan itu menjadi dasar kita.
Kemudian dikatakan bagi orang
yang takut akan dia, bagi orang yang takut akan dia bahwa takut kepada Tuhan
berarti menempatkan Tuhan menjadi pusat segala moral hidup kita. Dan kita
diajak untuk tidak berorientasi pada diri kita lagi, tapi kepada Tuhan. Sama
seperti ungkapan dalam Alkitab, hidupku bukannya aku lagi, tapi Kristus yang
ada di dalam aku. Ya, kita tidak mengangkat keakuan kita lagi, tapi kita mengangkat
Kristus yang sudah mengasihi kita dan hadir dalam diri kita. Sehingga dalam
Alkitab juga bersaksi bahwa takut akan Tuhan adalah sumber hikmat dan sumber
kepentaran. Dan hikmat itu adalah satu hal yang memberi kita pengertian,
memberi kita pemaknaan tentang hidup dan bagaimana yang seharusnya. Jadi
sebenarnya takut kepada Tuhan itu memberikan kita banyak sekali keuntungan. Kita
menjadikan Tuhan menjadi pusat kehidupan moral kita. Kita pun akan dikasihi
Tuhan dan kita pun akan mendapatkan hikmat, dapat pengertian, pemaknaan tentang
hidup. Bagaimana seharusnya kita menjadi orang yang percaya hidup di tengah-tengah
dunia ini. Jadi luar biasa sekali ya kasih Tuhan itu ya. Dan bagi orang yang
takut kepada Tuhan.
Tentu pertanyaannya adalah
refleksinya bagi saya dan bagi kita semua adalah apakah hidup kita sudah
berpusat kepada Allah? Apakah hidup kita sudah berorientasi kepada Tuhan? Nah,
ini menjadi renungan kan. Kita mengingat kembali kasih-kasih Tuhan itu yang
sudah kita terima. Pertanyaannya, apakah hidup kita sudah berpusat kepada
Allah? Nah, itu menjadi pertanyaan refleksi bagi kita semua. Kemudian dikatakan
di sini, keadilannya bagi anak cucu. Nah, kita percaya bahwa perbuatan kita
hari ini menanam juga untuk generasi berikut. Oleh karena itu, mari kita
wariskan iman kita kepada generasi kita seterusnya. Karena apa yang kita tanam
tentu akan menentukan juga buahnya.
Sehingga dalam kesimpulannya Bapak, Ibu, Saudara-saudara yang terkasih dalam Mazmur 103:17 ini mengajak kita secara khusus pagi ini bukan sekedar pagi yang rutinitas tetapi pagi yang ditopang oleh kasih kekal dari Allah. Ya, kita semua bisa menikmati apa yang bisa kita nikmati sekarang karena kasih Tuhan. “labu perban jagonta”, bukan karena hebat kita, bukan karena jago kita, tapi karena Tuhan, karena kebaikan Tuhan. Jadi kita harus menghormati Dia, kita harus belajar taat kepada Dia di dalam keterbatasan kita, di dalam kerapuhan kita. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup kita yang lebih esensial sebagai orang yang percaya. Saya harap ini ee bisa menjadi renungan kita bersama. Selamat pagi dan selamat beraktivitas. terlebih selamat menikmati kasih Tuhan, selamat mengenang, mengingat kasih Tuhan, ingat apa yang sudah Tuhan beri buat kita dan kita akan bersyukur untuk itu. Amin.
Vic. Adi Trama Sinulingga
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=90hBaW07K-E




