Perdamainan
Matius
5 ayat 9
Berbahagialah
orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Pada suatu ketika ada
sayembara seorang raja yang menyuruh anak buahnya, pasukan-pasukannya untuk
melukis apa sesungguhnya arti kedamaian dalam hati mereka, versi mereka
masing-masing. Pasukan-pasukan itu sudah bersiap untuk melukis dan mereka
memulai dengan melukis. Lalu ada yang melukis Kedamaian itu simbol dari burung
yang berterbangan dengan tenang, Lalu ada orang di bawah pohon yang rindang. Karena
menurut dia kedamaian itu adalah ketika kita duduk di bawah pohon yang rindang
dan merasakan kesejukan. Nah, lalu kemudian ada lukisan yang menggambarkan
kebedamaian itu dari sudut pandang awan yang cerah gitu, angin yang sepoi-sepoi
dan laut yang tenang. Tapi ada satu
peserta yang menggambarkan sebuah kedamaian itu adalah awan hitam, angin ribut,
puting beliung, dan ada petir di situ. Lalu kemudian ada pohon yang tumbang,
pohon yang kering dan ternyata di balik batu tebing ada seekor burung yang sedang
bernyanyi, berkicau ria, dan menikmati tentang keriuhan yang ada di
sekitarnya. Lalu kemudian sang raja
bertanya kepada pelukis tersebut, "Kau menggambarkan kedamaian ini?
Kedamaian apa yang kau maksud? Kenapa menurutmu damai ada petir, awan hitam dan
pohon yang tumbang? Lalu kemudian si pelukis tersebut katakan kepada raja,
"Izin Raja, mungkin kita fokus kepada hal-hal yang kelam. Tapi kalau raja
perhatikan ada burung yang tenang berkicau menikmati keriuhan di
sekitarnya." Nah, bagi pelukis ini tadi, kedamaian merupakan sebuah hal
yang di mana kita bisa menikmati suasana dalam situasi apapun sama seperti
dunia ini.
Dunia ini penuh dengan
tawaran-tawaran yang fantastis, Dunia ini penuh dengan tawaran-tawaran yang
menjerat kita jatuh ke dalam dosa. Tapi mari kita perhatikan burung kecil ini
tadi dia tetap tenang, dia tetap bernyanyi, dia tetap menikmati suasana dan
tetap menjadi dirinya sendiri. Dia tidak takut bahkan tidak larut dalam
kekacauan yang ada. Walaupun situasi kacau, tapi hati burung kecil ini tadi dia
tidak akan pernah kacau. Matius 5 ayat 9
ini adalah bagian khotbah dari bukit di bukit di mana Yesus mengajarkan nilai-nilai
kerajaan Allah. Ayat ini menantang pemahaman umum tentang damai sebagai
ketiadaan konflik semata. Tapi Yesus memanggil kita untuk menjadi pembawa
damai. Bukan hanya penjaga damai. Yesus menyuruh kita menjadi peacemakers, menjadi
pembawa damai itu ini bukan sesuatu hal yang sangat gampang. Ini perlu proses
yang luar biasa. Dan pertanyaan
sederhana hari ini adalah sejauh mana hidup kita mencerminkan kerinduan akan
damai dan tindakan nyata apa yang kita lakukan untuk mewujudkan perdamaian itu
sendiri?
Kalau dalam bahasa Karo ada namanya
jadilah kambenang penjarumi di mana anak-anak Tuhan harus mengikut Tuhan dengan
totalitas. bukan hanya menikmati hubungannya dengan Tuhan secara personal, tapi
juga secara komunal. Mari kita bersama-sama untuk menjadi pembawa damai. Ketika
kita melihat ada saudara kita atau teman kita, sahabat kita yang memiliki komunikasi
yang kurang baik, mari kita hadir di tengah-tengah mereka untuk merajut kasih
itu kembali agar mereka kembali dalam komunikasi yang baik.
Apa kata Mother Teresia soal
kedamaian? Sebelum engkau pergi keluar dari rumahmu, maka tebarkanlah cinta dan
kasih di rumah-Mu dan di mana pun engkau akan pergi. Untuk itu mari kita
bersama-sama untuk menjadi pembawa damai untuk sekitar kita. Karena kita yakin
dan percaya di mana ada kedamaian pasti ada berkat Tuhan yang tercurah bagi kehidupan
kita. Amin.
Pdt.
Imanuel Antonius Ginting




