Jl M I Ridwan Rais No 13A, Depok, Jawa Barat +62 21 7759848

Sapaan Teduh GBKP 12 November 2025

  • 09:40

Perdamainan

Matius 5 ayat 9

Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Pada suatu ketika ada sayembara seorang raja yang menyuruh anak buahnya, pasukan-pasukannya untuk melukis apa sesungguhnya arti kedamaian dalam hati mereka, versi mereka masing-masing. Pasukan-pasukan itu sudah bersiap untuk melukis dan mereka memulai dengan melukis. Lalu ada yang melukis Kedamaian itu simbol dari burung yang berterbangan dengan tenang, Lalu ada orang di bawah pohon yang rindang. Karena menurut dia kedamaian itu adalah ketika kita duduk di bawah pohon yang rindang dan merasakan kesejukan. Nah, lalu kemudian ada lukisan yang menggambarkan kebedamaian itu dari sudut pandang awan yang cerah gitu, angin yang sepoi-sepoi dan laut yang tenang.  Tapi ada satu peserta yang menggambarkan sebuah kedamaian itu adalah awan hitam, angin ribut, puting beliung, dan ada petir di situ. Lalu kemudian ada pohon yang tumbang, pohon yang kering dan ternyata di balik batu tebing ada seekor burung yang sedang bernyanyi, berkicau ria, dan menikmati tentang keriuhan yang ada di sekitarnya.  Lalu kemudian sang raja bertanya kepada pelukis tersebut, "Kau menggambarkan kedamaian ini? Kedamaian apa yang kau maksud? Kenapa menurutmu damai ada petir, awan hitam dan pohon yang tumbang? Lalu kemudian si pelukis tersebut katakan kepada raja, "Izin Raja, mungkin kita fokus kepada hal-hal yang kelam. Tapi kalau raja perhatikan ada burung yang tenang berkicau menikmati keriuhan di sekitarnya." Nah, bagi pelukis ini tadi, kedamaian merupakan sebuah hal yang di mana kita bisa menikmati suasana dalam situasi apapun sama seperti dunia ini.

Dunia ini penuh dengan tawaran-tawaran yang fantastis, Dunia ini penuh dengan tawaran-tawaran yang menjerat kita jatuh ke dalam dosa. Tapi mari kita perhatikan burung kecil ini tadi dia tetap tenang, dia tetap bernyanyi, dia tetap menikmati suasana dan tetap menjadi dirinya sendiri. Dia tidak takut bahkan tidak larut dalam kekacauan yang ada. Walaupun situasi kacau, tapi hati burung kecil ini tadi dia tidak akan pernah kacau.  Matius 5 ayat 9 ini adalah bagian khotbah dari bukit di bukit di mana Yesus mengajarkan nilai-nilai kerajaan Allah. Ayat ini menantang pemahaman umum tentang damai sebagai ketiadaan konflik semata. Tapi Yesus memanggil kita untuk menjadi pembawa damai. Bukan hanya penjaga damai. Yesus menyuruh kita menjadi peacemakers, menjadi pembawa damai itu ini bukan sesuatu hal yang sangat gampang. Ini perlu proses yang luar biasa.  Dan pertanyaan sederhana hari ini adalah sejauh mana hidup kita mencerminkan kerinduan akan damai dan tindakan nyata apa yang kita lakukan untuk mewujudkan perdamaian itu sendiri?

Kalau dalam bahasa Karo ada namanya jadilah kambenang penjarumi di mana anak-anak Tuhan harus mengikut Tuhan dengan totalitas. bukan hanya menikmati hubungannya dengan Tuhan secara personal, tapi juga secara komunal. Mari kita bersama-sama untuk menjadi pembawa damai. Ketika kita melihat ada saudara kita atau teman kita, sahabat kita yang memiliki komunikasi yang kurang baik, mari kita hadir di tengah-tengah mereka untuk merajut kasih itu kembali agar mereka kembali dalam komunikasi yang baik.

Apa kata Mother Teresia soal kedamaian? Sebelum engkau pergi keluar dari rumahmu, maka tebarkanlah cinta dan kasih di rumah-Mu dan di mana pun engkau akan pergi. Untuk itu mari kita bersama-sama untuk menjadi pembawa damai untuk sekitar kita. Karena kita yakin dan percaya di mana ada kedamaian pasti ada berkat Tuhan yang tercurah bagi kehidupan kita. Amin.

Pdt. Imanuel Antonius Ginting


Sebelumnya Sapaan Teduh GBKP 11 November 2025
Selanjutnya Sapaan Teduh GBKP 17 November 2025