Jl M I Ridwan Rais No 13A, Depok, Jawa Barat +62 21 7759848

Sapaan Teduh GBKP 25 November 2025

  • 04:34

1 Korintus 15:50

“Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”

Thomas Grey berkata, "Semua kemegahan dunia hanya akan berakhir di kuburan." Mungkin pernyataan ini adalah hal yang paling dibenci dunia. Bagaimana mungkin hal yang indah di mata mereka bisa berakhir hanya di kuburan? Inilah fakta yang sudah kita saksikan selama ini. Sehebat apapun seseorang meraih kemuliaan diri, toh berakhir di kuburan. Kematian adalah akhir dari segalanya. Saat seseorang mati, maka segala sesuatu yang dimiliki di dunia ini tidak lagi ada artinya. Saat seseorang mati, maka tidak ada lagi kehidupan yang biasa dijalani. Namun yang menarik, justru kematian tidak menjadi akhiri di dalam Tuhan. Kematian masih berlanjut dengan kebangkitan. Kebangkitan menjadi simbol bahwa Tuhan menang atas maut. Penulis Jos Lewis Borges dari Argentina pernah menulis sebuah kisah cerita pendek tentang Markus Rupus, seorang prajurit Romawi yang mendapatkan ramuan untuk hidup abadi dan awet dalam temuannya di sebuah sungai rahasia yang meluputkan orang dari maut ketika meminumnya. Namun pada akhirnya Markus sadar bahwa keabadian tidaklah seindah yang ia bayangkan. Ia mendapati bahwa hidup tanpa akhir sama dengan hidup tanpa arti. Justru mautlah yang sesungguhnya memberikan makna bagi kehidupan. Markus pun menemukan penawarnya sebuah mata air yang jernih. Setelah minum dari mata air itu, ia menggoreskan duri pada tangannya dan keluarlah setetes darah yang menandakan hidupnya tidak lagi abadi.

Seperti Markus, adakanya kita merasa tak berdaya menghadapi hidup yang lambat laun semakin dekat dengan kematian. Kita setuju kematian memang memberikan makna bagi kehidupan. Namun berbeda dari Markus, kita tahu bahwa dengan kematian Kristus kita menemukan arti hidup yang sejati. Lewat darah-Nya yang ditumpahkan di kayu salib, Kristus menaklukkan maut dan menelannya dalam kemenangan. Bagi kita penawarnya adalah air hidup yang diberikan oleh Yesus Kristus. Karena kita minum air hidup itu, seluruh tatanan kehidupan, kematian, dan kehidupan kekal telah berubah. Memang kita tidak akan luput dari kematian jasmani, tetapi itu tidak lagi berpengaruh. Tuhan Yesus telah mematahkan ketidakberdayaan kita terhadap kehidupan dan kematian. Dalam Kristus kita memiliki jaminan pengharapan akan surga dan sukacita yang penuh arti dalam hidup kekal bersamanya.

Paulus menyampaikan kebenaran yang fundamental tentang sifat kerajaan Allah. Dalam konteks pembicaraannya tentang kebangkitan, dia menjelaskan bahwa tubuh kita yang sekarang dengan segala keterbatasan, kelemahan, dan kehandelan tidak cocok untuk kerajaan yang kekal. Daging dan darah bukan sekedar merujuk pada tubuh fisik, tetapi pada keadaan manusia yang masih jatuh dalam dosa, yang masih terikat pada kematian, keterbatasan dan kehancuran. Ini adalah pengingat bahwa kita membutuhkan transformasi, bukan hanya perbaikan dari yang sudah ada. Namun, pesan ini bukan tentang keputusasaan. Justru sebaliknya, ayat ini membawa harapan. Allah tidak meninggalkan kita dalam keadaan yang fana ini. Melalui Kristus, kita akan mengalami transformasi yang luar biasa. tubuh kita akan diperbaharui, dijadikan abadi dalam kemuliaan-Nya yang kekal itu. Amin.


Pdt. Irwanta Sembiring Brahmana

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=4YiPJ-pw4G8

Sebelumnya Minggu pendungi tahun Gereja 2025
Selanjutnya Natal Diakonia 2025